Clock

who have visited my blog♥

17 December 2009

KANGEN

yaallah apa kabar semuanyaa? gue kangen banget lohh sm kalian semua mihihihi eiya semuanya pd pindah ke tumblr semua dan gue gak ngeti tumblrrrrrrr, gue kangen banget ngepost blog muwuuhuh aimicu aimicu aimucu trus gue mau cerita kalo ya ulangan gue tuh sesat banget apalagi fisikanya pak abdullah ih gak ngira2 najis,, ohiya gue tuh mau cerita kalo gue lagi suka sm orang namanya............................dia tuh baik deh, lucu lagi mehehehehehehe mwah

13 September 2009

Tanpa Kilau Mentari

hey my lovely bloggggggg, gue masa abis buka fb kan, trus langsung buka notifications yg banyak bangettt--- salah satunya ada gue di tag gt kan sama temen gue, dia nulis cerita baguuuuussss banget, trus dia tag ke gue deh hihihi namanya Syaninta Alvi Andira, yampun dia baik banget deh, berhubung gue gamau lama lama, baca ndiri ye


Authoress’ note: Assalamu’alaikum, teman-teman semua. Mungkin kalian agak bingung begitu melihat judul dari note yang Alvi sebarkan ke teman-teman ini, terkesan berbau cerbung. Yap, ini memang sebuah cerita. Cerita fiksi kok. Sebenarnya cerita ini telah Alvi tuangkan di buku tulis dalam bentuk novel, tapi karena Alvi berharap teman-teman bisa ikut membaca karya Alvi, Alvi publish juga deh di Facebook. Bagi teman-teman yang tidak berminat untuk membaca, silakan klik tombol ”back” tapi bagi yang berminat (mudah-mudahan ada, amin), selamat menikmati. ^^







Warning: Cerita ini fiksi. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan sebagainya...coincidence kok. XD






Genre: Angst, Romance, Friendship, Tragedy






-----






Bab 1 : Invitation






”Silakan masuk.”






Hanya dua kata tersebut yang terucap untuk menjawab ketukan pintu yang kudengar beberapa detik lalu. Aku terlalu seibuk dengan kumpulan berkas-berkas di atas meja yang harus kuberi stempel di setiap lembarnya. Bila tugas ”kecil” ini tidak kuselesaikan hari ini juga, entah seperti apa wakil kepala sekolah akan menceramahiku.






Si pengetuk pintu perlahan memasuki ruangan dan berdiri kikuk di hadapanku. Oh, ternyata seorang siswa. Aku tidak tahu namanya, tapi aku mengenal wajahnya—aku pernah berkunjung ke kelas anak ini. Ia siswi kelas 2. ”Mm...maaf mengganggu, Bu,” ucapnya pelan. ”Sepertinya Ibu sedang sibuk.”






Aku mengalihkan pandanganku dari tumpukan berkas dan tersenyum. ”Sebenarnya, ya. Tapi kalau kamu datang ke sini sebagai siswa yang membutuhkan guru BP sebagai pendengar, saya bisa menunda pekerjaan ini sebentar. Silakan duduk.”






Siswi itu mengangguk dan segera duduk berhadapan denganku. Ia tidak terlihat segugup tadi, namun wajahnya terlihat muram. “Ini…ini mengenai…mm, seseorang yang saya sukai, Bu. Bulan depan, dia akan pindah sekolah dan tinggal di luar kota. Saya bingung, apa sebaiknya saya berterus terang bahwa saya menyukainya...atau membiarkan dia pergi tanpa menyadarinya?”






Kehidupan cinta anak SMA, ya? Sudah cukup lama aku tidak mendengarkan curhat dengan topik seperti ini dari murid-muridku. Sejujurnya, aku pun pernah mengalaminya, meskipun aku tidak beruntung dalam hal itu.






”Begini,” Aku mulai melontarkan saran, ”Saya berbicara seperti ini bukan karena saya sudah bukan remaja seperti kamu lagi, tapi karena kamu yang masih remaja. Jalan hidupmu masih panjang, jangan dihabiskan dengan memikirkan masalah cinta. Maksud saya, wajar bila anak seusiamu tertarik dengan lawan jenis, tapi kamu boleh pegang kata-kata saya: mengutarakan perasaan tidak akan membuatmu lega. Padahal sebagai siswa SMA, bukan lelaki yang harus kamu prioritaskan.”






Ya, aku bisa membacanya dengan jelas. Siswi ini terlihat tidak puas dengan jawabanku. ‘Begini jadinya kalau menceritakan masalah percintaan dengan orang dewasa’…mungkin kata-kata tersebut sedang menyelimuti benaknya. “Tapi, Bu…bukankah justru saya akan merasa tidak tenang kalau orang yang saya sukai itu belum tahu bahwa saya menyukainya?”






Seulas senyuman terukir pada wajahku. Persis seperti dugaanku; nasihat orang dewasa tak lebih dari angin pengganggu di telinga para remaja yang masih labil. Tapi aku sama sekali tidak menyalahkan anak ini—aku juga pernah menjadi remaja. Aku bisa memahami rasa gelisah yang merundungnya. ”Saya tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, tapi...apa yang saya katakan sebelumnya adalah kesimpulan yang saya petik dari kehidupan emosi remaja dengan segala problema mereka yang saya ketahui selama ini.”






Siswi itu mengangkat wajahnya dan terlihat kembali tertarik dengan perkataanku. Diam-diam, aku bersyukur akan hal itu. Aku melanjutkan, ”Jika kamu ingin mengikuti saran saya, silakan. Tapi bila pendapat saya berlawanan dengan hati nurani kamu, jangan dipaksakan. Lakukan apa yang kamu anggap benar dengan tetap mempertimbangkan perasaan orang yang kamu sukai itu sendiri. Tak ada masalah yang tak memiliki jalan keluar, Nak. Apa bisa dimengerti?”






Aku menghela nafas lega begitu siswi tersebut mengangguk dan tersenyum kecil padaku. Aku sendiri tidak yakin jika saranku memang bisa membantu siswi pemalu ini—tapi kali ini, aku mampu menemukan secercah rasa puas di wajah lugunya.






Setelah mengutarakan rasa terima kasihnya padaku, ia mohon diri dan berjalan meninggalkan ruanganku. Aku meregangkan pergelangan tanganku dan menghela nafas lagi. Ingin rasanya aku kembali mengurus gundukan berkas-berkas di atas mejaku tapi rasa ”lelah” setelah memberi khotbah untuk seorang murid telah mengalahkan keinginanku untuk menyelesaikan tugas. Rasanya seperti kembali menelusuri diriku yang penyendiri dan selalu ingin mengikuti kehendak sendiri.






Mengapa aku merasa lelah? Ya, sederhana saja—karena apa yang aku katakan barusan sangat munafik. Secara logis, perkataanku mungkin tepat, tapi berlawanan dengan prinsipku. Setidaknya, prinsipku dulu. Apa yang kukatakan bukanlah kutipan kalimat yang kupetik dari ilmu psikologi yang kupelajari ketika kuliah dulu, apalagi dari suatu hasil pengamatan yang kujadikan bahan penelitian--tapi dari pengalamanku sendiri. Ya, sedikit berbohong tak jadi masalah besar, bukan?






Ya, nasib siswi barusan hampir serupa dengan pengalamanku dulu. Mungkin itulah sebab mengapa aku bersedia melayani anak itu di sela-sela kesibukanku. Oh Tuhan...lagi-lagi aku seperti ini, bernostalgia tanpa alasan jelas.






Aku yang sekarang bukanlah aku yang dulu lagi. Aku telah berjanji pada diri sendiri untuk tetap melangkah ke depan tanpa menoleh ke belakang lagi.






”Siang, Bu Suci! Sedang sibuk, ya?”






Aku melipat dahi. “Butuh jawaban?” cibirku dengan nada ketus. Wajahku dan nada bicaraku berubah total. Bukannya ingin terlihat galak, tapi untuk menghadapi guru matematika yang satu ini, aku tak perlu bermuka dua. Toh, aku memang sedang tak ingin diganggu.






“Bukannya mau mengganggu ketenanganmu, tapi aku terpaksa harus datang untuk membawa kabar buruk.”






“Kabar buruk?”






Guru matematika yang biasa kupanggil “Risa” itu menjawab, ”Kalau melihat keadaanmu yang sekarang, mungkin ini adalah kabar yang cukup baik.” Ia menyerahkan secarik amplop bertuliskan nama lengkap dan alamatku. Surat, ya? Apa dari orang tuaku? Tak biasanya mereka mengabarkanku dengan cara tradisional seperti ini. “Siap-siap saja, Bu.”






Sungguh, teman dekatku ini selalu membuatku yang sebenarnya tidak terlalu sensitif dengan keadaan sekitar, penasaran setengah mati. “Siap-siap apanya? Dan harus berapa kali kukatakan, kalau sedang tidak berada di depan murid, panggil nama kecilku saja. Lupa ya, kalau kita sudah saling mengenal sejak SMA?”






Untuk membalas perkataanku, Risa hanya mencubit pipiku. ”Kau mau membaca surat itu atau tidak?”






Aku mengangkat bahu dan sesuai dengan perintah Risa, kubuka amplop tersebut. Dugaanku salah, ternyata bukan surat dari orang tuaku—tidak, bahkan bukan surat yang hanya sekedar dilampirkan dengan sehelai kertas. Perlahan kutarik isi dari amplop tersebut—selembar surat yang dilapisi kertas karton yang hanya dengan melihat kulitnya saja, sukses membuatku ingin menampar kedua belah pipiku sekeras mungkin dan membangunkan diri sendiri dari mimpi ini—jika apa yang sedang kusaksikan ini memang tak lebih dari sebuah mimpi. Mimpi buruk.






Undangan Pernikahan






Mohammad Kasih & Khairunnisa






TBC






-----






Authoress’ Note: Abal yah? Terlalu bacot karena kebanyakan deskripsi ya? Habisnya memang style of writing Alvi begitu, udah bawaan lahir. Harap maklum ya. Kalau bisa Alvi pingin memperbanyak diksi, biar lebih indah dan lebay gitu –jailah-. This is just the beginning, jadi kalau mau protes jangan kebanyakan ya –ngeles-. Alvi akan sangat1000x berterima kasih kalau bisa mendapat komentar, kritik, saran, kesan…pokoknya respon dari teman-teman yang sudah berbaik hati mau membaca cerita amatir ini. Maaf kalau banyak typo atau kekurangan-kekurangan lainnya. Alvi juga masih belajar, hehe. :)






Terima kasih.



itu bener bener gue copy paste dari notes yang dia bikin.........WOW..

pas gue baca, buset deh, ga beda jauh loooooh wey! akakak

ehiyaa, tunggu cerita yg selanjutnya yaoooo, dia udh janji mau ngetik lagi HIHIHI keren kan kan kan?


udah yaa semua, dibaca loooh soalnya kerennn! daaaaaaah

12 September 2009

helllllllll-o

hello semuanyaaa.................gue kenapa yaaa tidurnya akhir akhir ini nih jam 2an, jam 12an, trs akhir akhir ini juga gue sering bgt sakit, kepala gue pusing mulu, badan gue panas tinggi mulu, tenggorokan gue sakit mulu, SAKIT APA SIHH?HUHUHU :'( trus kerjaannya cuma nangis karna si ituh...........kalo nggak chat sm Fieraaa utututututu gue tuh kalo chat sama Fiera kerjaannya kalo gak ngomongin yang punya gue, ya punyanya fiera hahaha dia gak bosen bosen looh sampe bela belain begadang demi cem cemannya wkwk SAMPE SAMPE CHATNYA MEREKA TUH DI COPY PASTE SAMA DIA HAHAHAHA fiera tuh lucu tekalih, semua cowok dia ceritain haha trus kalo dia minta gue ceritain ttg gebetan gue, bisa sampe kapan tauk gue ceritanya saking banyaknya hahaha fiera tuh sekalinya away gini nih 'saaar aku away ya mau eek hehehe' trus ga lama bilang lagi 'awas lu off, gua mau eek' GITU HAHAHA tp gapapalah, menemani malamkuu trus diajak curhat sana sini hiiiii loveyou bgt deh fir aw tp FIERA KEMANA MALAM INI????????????????AKU MENUNGGU LOOOOH FIERRRR WHERE ARE YOUUUUU??gue udah nyiapin segudang cerita buat didiskusikan hahaha udh ah gue mau ol msn menunggu Fiera uwuwuu daaaah semuanyaaaa♥

11 September 2009

Kibum

OHMAIGATTTT KENAPA DIA CUTIIIIIEE BANGETT?

10 September 2009

today..........

heyyy semua........gue mau cerita lagi ya ttg hari ini, yang jelas gue capekkkk bgtt bgtan, soalnya tadi ada bazar gt di alpeeeeeeeen :D seru deh, kan dari pagi nih ulangan kayak biasa, ulangan Bahasa Arab, lumayan deh bikin seger wkwk trus ulangan ulangan ulangan, pas selese, gue bawa barang barang buat bazar ke bawah, ternyata.....tempat yang udh biasa di basement dipindahin jadi ke kantin, tp enak juga sih gak gelap, trus stand gue tuh di deket pintu jadi seru gt haha sebelah kiri stand gue stand 10-1 sebelah kanan stand 10-3 depan stand 12 ips 1 sebelahnya 12 ips 2 hehehe trus kan seru gt kan udh dijual jual gt, trus ada yang udh murah gt masih ditawar juga...............Masya Allah sabar deh ya gue, mana gue kalo teriak teriak dada gue malah sesek gt, jadi intinya gue ga boleh teriak teriak, its oke, trus gue baru ngeliat PUTRA KERJA! Ya Allah, Alhamdulillah banget Putra mau kerja hahaha biasanya dia tuh paling males kerja gitu gituan, dia naek ke atas meja sama kayak gue, trus bajunya dia pegang doang, gue bilang aja, 'put teriak dong' dia malah teriak gini 'BU BELI BU MURAH DEH' hahaha gimana gue ga ngakak, pas gue suruh tereak lagi, dia capek, ya kasian sih puasa wkwk trus pas akhir akhirnya tinggal baju baju sekolah doang, drpd lama gue teriak aja saama anak anak gue bilang 'ayo semuanya teriak gratis ya' pas gue ngitung '1 2 3' semuanya gini 'GRATEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEESSSS' hahaha akhirnya barangnya abis deh, yang paling gue kesel sih cm itu doang, ada mas mas alay minta senyum dari Fira, hhh shit abis haha pokoknya gue kesel gt deh sm anak alay wkwk trus ya udh kan abis deh tuh, gue teparrrrr di meja haha abis itu gue bayaran dulu, ketemu gebetan gue yg paling kewl (Y) trus ke pos buat nungguin om kelilalalalala dan ternyata om keli datengnya jam 2,padahal gue nunggu dr jam 11, shit abis -__- yaudah deh segini aja yaooooo daaaa

Cinta Pertama & Terakhir


Sherina – Cinta Pertama Dan Terakhir
sebelumnya tak ada yang mampu

mengajakku untuk bertahan

di kala sedih

*courtesy of LirikLaguIndonesia.net

sebelumnya ku ikat hatiku

hanya untuk aku seorang

sekarang kau di sini hilang rasanya

semua bimbang tangis kesepian



reff:

kau buat aku bertanya

kau buat aku mencari

tentang rasa ini

aku tak mengerti

akankah sama jadinya

bila bukan kamu

lalu senyummu menyadarkanku

kau cinta pertama dan terakhirku



sebelumnya tak mudah bagiku

tertawa sendiri di kehidupan

yang kelam ini



sebelumnya rasanya tak perlu

membagi kisahku saat ada yang mengerti

sekarang kau di sini hilang rasanya

semua bimbang tangis kesepian



repeat reff



bila suatu saat kau harus pergi

jangan paksa aku tuk cari yang lebih baik

karena senyummu menyadarkanku

kaulah cinta pertama dan terakhirku
 
lagunya sedih deh..............huhuhu